NASKAH TEATER NOL INDONESIA "Liminal" FTB (FESTIVAL TEATER BANTEN) #3 TAHUN 2025
Naskah Teater
Sett Up Artistik
Pencahayaan
Judul : Liminal
(Bertemunya Ruang Sadar Dan Ruang Alam Bawah
Sadar dalam Menghadapi Ambang Batas Persoalan Hidup)
Karya Penulis/Sutradara : Badrussalam
Penulis drama : Rony Mansyur
Penasihat Karya :
Taufik Minwari
Produksi : Teater Nol Indonesia (Komunitas/Yayasan)
Tahun : 2025
LO :
Maryani
NASKAH LIMINAL : BENTUK KARYA: PERISTIWA SUREALIS
Dengan
Tanda-tanda : Senter, Pintu, Tali, Ranjang
UGD, kain hitam/putih, dan Lemari makan trolly cabinet.
SINOPSIS : Karya liminal ini mencoba
merekam waktu-waktu, ruang-ruang misalnya ruang dapur yang ada di Desa maupun
Kota yang kita belum sadari bahwa Desa dan Kota memiliki satu garis
permasalahan yang sama. Menghadirkan beberapa permasalahan yang ada di Desa. Dengan
demikian, Gambaran liminal disini yaitu mencoba menulis peristiwa transisi yang
menjadi sebuah permasalahan yang cukup krusial, dengan ditandai warga desa
susah membuka tutup gas, warga desa susah mencari lapangan pekerjaan, warga
desa susah mendapatkan fasilitas kesehatan yang sama seperti di rumah sakit di
kota, dan warga desa ingin juga memiliki taman bermain seperti di kota yang di
Kelola oleh pemerintahan desa. Dari sekian banyak kesusahan yang di panggul
oleh warga, maka lahirlah ambiguitas.
Nama-Nama Tokoh
Taufik Minwari : sebagai (SARBAN)
Zahra Wardah : sebagai (VERA) –
Encep Abdul Al Aziji : as (INOS)
(Tirtagonis/Rakyat) : Adya, Robby, Iik, Sofi, Sujana, noval,
Herdy, Lutfi, Adit, Ferdi, dll
Pemusik : Sandika dan Rizky
Artistik : Bubu dan Jailani
Lighting : Akhmad Yusuf/Ozhoezhoe, dan Dedi Sopian
BABAK 1 LIMINAL FISIK
((Music liminal in, ((lampu gelap
blackout)), hanya terdapat permainan cahaya-cahaya senter yang menyala oleh
pemain sebanyak lima orang posisi semua sudut atas balkon penonton. Senter
pertama menyala satu persatu dan dimatikan, lalu menyala satu-satu di tahan
(mobile), kemudian bunyi music ‘ting’semua senter berkedip (mobile). Hingga
Sarban menylakan senter sendiri dan dialog, selanjutnya senter berlima itu
mati..
SARBAN : KETAHUILAH, Isteriku selalu memberi
tugas untuk membuka tutup sag dengan tangan kosong, ketahuilah! dengan tangan kosong
itu saya mampu membukanya ketika mata saya telanjang…
SARBAN : Sag…. Sag, sag (sambil terus
mencari ke semua sudut panggung dan arena penonton) anamak huta sag?
SARBAN : Sag? Asa pararoek kieu?
VERA : maklum weh Bah, Kabupaten. (dengan
nada sindir)
SARBAN : aeh..
Sag (mencari lagi, memanggil
lagi) sag.. asa jempling kieu..
PERDI : maklum aja beh, di Kampung,
sering mati lampu. (sindiran)
SARBAN : kasus, kasus
INOS : maklum weh wa, namanya ju…. (tiba-tiba
di potong oleh Sarban)
SARBAN: Nah, Anda tahu, apa hari-hari sembilan?
INOS : aih, ulah ngambek atuh wa,
siga Jawara wae ambekan.. hehe
SARBAN : eih.. lain kitu, (mikir sejenak) asa
hirup teh begini-gini aja ya…
INOS : ya, harap di maklum wa, meski
sudah puluhan kali Ganti pemimpin juga gini-gini aja Bah gaada yang berubah.
((dua lampu depan pararel proscenium
mulai menyala sedikit, tipis)) Di tambahkan dengan sedikit celotehan rakyat-
rakyat. Hingga semua rakyat menaruh
senternya di Lantai kemudian lampu blackout)
VERA : saaaaaag!!? (sedikit dengan
tekanan) anamek ukam? Hah..!
PERDI : SAG? SAG SAG? TIUD? TIUD TIUD
TIUD?, ning endi?
INOS : SAG? SAG SAG SAG? TIUD TIUD
TIUD? (idem; all voice in)
(Sarban dan penonton masih
mencari-cari sag itu, kemudian keluar lewat pintu) dengan berkeliling masuk ke
area dalam/front. Dan rakyat dibagi menjadi dua kelompok, menyenteri kain yang
berada di sebelah kanan-kiri pintu. Kemudian terus mencarinya mengarahkan
senter tersebut ke kain ke kanan-kiri-atas-bawah, tidak juga menemukan apa yang
di cari. Lalu dilanjutkan dialog Sag oleh rakyat ciilik)
ADYA : Sag? Apa itu sag yang kalian
maksud? Di sini bukan? Apa ini? Apa yang itu? Apa di sana? Apa Dimana-mana?
Aah..aku masih kecil,
belum balig. Aku masih senang bermain roblox. Mengasah kreatifitasku, mencari
pertemanan. Apa aku harus juga memikirkan sag?
Dengan pengucapan yang tegas,
pasrah, kosong. In adegan tali, Lalu lampu Fresnel (lantai) posisi di
kanan-kiri menyala perlahan secara bersamaan. Kemudian, setelah semua actor
rakyat 6 orang masuk semua ke depan arena, lampu Fresnel di depan proscenium
menyala semua Ketika adegan tali.
Tirtagonis : Robby> apa sebenarnya yang kalian
cari pada dunia gelap, apa yang kalian inginkan pada dunia setengah, apa yang
kalian butuhkan pada putih? Sag… sag.. sag, sag.
: Perdi> putih pada butuhkan
kalian apa? Setengah dunia pada inginkan kalian yang apa, gelap dunia pada cari
kalian yang sebenarnya apa?
: Iik > pada putih
kalian butuh? Setengah apa? Pada dunia kalian inginkan apa yang, dunia gelap,
cari pada yang kalian apa sebenarnya?
: Sofiatul> apse yaka
capa duge apyaka inpadu se, apyaka bupapu.
All : apse yaka capa duge apyaka
inpadu se, apyaka bupapu.
(3X
repetisi dialog di atas, kemudian music off sebentar) koor dialog apse.
(lampu Fresnel depan proscenium mati
perlahan, lalu lampu Fresnel depan menyala, focus pada semua actor Ketika
maju berkumpul ke depan). Dan
setelah dialog Bersama, lampu Fresnel atas center menyala focus untuk inos.
Seketika itu lampu Fresnel depan
mati. Focus satu lampu atas.
INOS : hahaha, aku ini sudah menjadi
orang dalam, ya betul masuk ke dalam sistem yang di dalamnya penuh dengan
sistem-sistem. Rumit rasanya menjelaskan kepada masyarakat miskin.
(Lampu
depan Fresnel kanan kiri menyala lagi perlahan setelah dialog miskin di atas
dan lampu atas mati)
IIK : ah aku membayangkan
bagaimana rasanya memakan buah-buahan dari dalam kulkas? Aku menggigitnya
perlahan, dari satu gigitan hingga puluhan gigitan.
SOFIATUL : ya aku juga sama, aku sedang
membayangkan bagaimana menikmati buah apel hijau yang langsung dari petani.
ROBBY : aku sih masih membayangkan SAG,
ya sag menjadi mudah, sag menjadi penopang hidup bagi orang-orang miskin
seperti kami. Sulit rasanya melihat sedikit penderitaan menjadi kebahagiaan.
PERDI : Yah sag, siapa yang peduli
dengan sag? Siapa yang mampu menciptakan kemudahan bagi kehidupan? Bukan kah
mereka-mereka yang memiliki kecerdasan special?
VERA : aku sampai saat ini masih
membayangkan bagaimana aku masuk, bagaimana aku bergerak, bagaimana aku
beraktivitas dan di bayar. Ya di B A Y A R. Capek sekali rasanya mengirimkan
amplop ke semua robot. Lelah sekali rasannya jika akan melangkah selalu wajib
mebuat es kecap. Bayar tiga puluh ribu, ah belum apa-apa aku ini. Siapa yang
akan merubah semua ini? Siapa yang akan menjadi pahlawan masa depan?
(lampu Fresnel depan mati perlahan)
sementara lampu Fresnel atas center menyala focus untuk inos.
(semua rakyat berkumpul ke Tengah
mengikuti Inos/dibelakang Inos Bersiap adegan Gerak kompak setelah dialog inos
dibawah ini)
INOS : tenang saja, aku di dalam aku
yang menjadi pahlawan masa depan. Aku yang membuat semua kesusahan menjadi
kesusahan lanjutan, menikmati penderitaan orang banyak adalah cita-citaku sejak
dulu. Haha seru rasanya hidup ini jika kita mampu menikmatinya dengan segelas
kopi panas.
(Inos
mengambil kopi di depan, lalu meminumnya seruput sekali)
kopi ini Adalah senjata
rahasiaku, setelah minum kopi aku jadi pintar, hahaha,
(seruput lagi sekali menikmati kopi
enak..aah).
Tilu
juta sapoe, mantap anjirrrrr.
(Gerak tari kompak, memutar
mengambil senter dan discoria)
(music discoria in) lampu par LED
klap-klip dengan gemerlap lampu discoria. (adegan dilanjut dengan memasang tali)
dengan di tandai pada sesi ceramah oleh Inos, sebagai sosok pejabat pemerintah)
dengan berpidato Bahasa Arab. Ketika Hentakan kaki inos lampu disko mati, focus lampu Fresnel atas
focus 1 menyala dan berbarengan dengan lampu Fresnel Tengah belakang pintu
menyala satu).
BABAK 2 LIMINAL EMOSI
INOS : Assalamualaikum wr.wb…
Saudara-saudara
sekalian, kaum yang di Rahmati oleh Allah SWT. Pada hari ini mari kita
sama-sama merenung, berkontemplasi bahwa hilirisasi menyan lebih dari sekedar
keuntungan untuk negara, bahkan ini untuk seluruh rakyat Indonesia. Hidup Sarbanku!
Hidup Sarbanku! Hidup…
Nantinya, aka nada
banyak jutaan lapangan pekerjaan, bahkan 19 juta lapangan kerja kita ciptakan. Hidup sarbanku! Hidup sarbanku! Hiduuup!
Di samping itu, saya
selaku wakil pemerintah menghimbau ayo, Abah-Abah dan Ibu-ibu, serta anak-anak
muda tanamlah pohon styrax yang menghasilkan kemenyan. Karena dengan kemenyan
kita mampu ekspor ke semua negara-negara maju. Kemudian kita akan mendapatkan
bonus demografi sekitar tahun 2045. Jadi sekarang ayo anak-anak muda, siapkan
untuk generasi emas, milineal, gen z, dan gen alfa kalian semua akan
mendapatkan bonusnya. Ayo jangan lupa selalu dukung kami tiga puluh periode.
Hihi (ketawa kecil)
Terima kasih semuamya,
wassalamualikum wr.wb.
((setelah salam music liminal 3 in) music
mulai in suasana yang tadinya ramai karena pidato, kemudian berubah menjadi
tegang)) Lanjut dengan adegan meneror Inos, Mengyurung Inos, Menali Inos dengan
ekspresi raut wajah marah, kesal, gelisah, bercampur aduk disana. Seakan akan,
kalian akan membunuh seorang Inos (Pemangku Kebijakan). Lalu dialog:
VERA : Dimanakah jalan ini akan
berhenti, mengikat erat aktivitas manusia. Mendapat makna sederhana dari
hari-hari yang begitu hampa.
ROBY : lepas dari keraguan dan
kebodohan orang-orang, menyaksikan banyak penderitaan yang selalu tamBah di
wajah, bahkan berserakan.
PERDI : ya! Coba saksikan sendiri dengan
mata hati.
SOFIATUL : ouh, aku masih sangat kecil dan
terlalu dini untuk melihat semua ini.
IIK :lantas, mengapa tidak kau
Batasi saja ruang-ruang itu, aneh rasanya mengaku bangsa besar tapi kecil dalam
perubahan.
VERA : Lelah rasanya melihat semua
ini, belum juga Bahagia sudah banyak luka yang belum saja kau baca!
PERDI : ya! Mari, mari kita lihat semua ini.
Sementara lampu Fresnel atas tetap
menyala di tambah dengan lampu Fresnel kanan-kiri menyala menembak (mati-nyala-mati-nyala hitungan lambat 1-2-3).
Hingga Inos di lilit dan di sered di bawa ke arah kain putih, lalu out. Lampu
blackout.
Kemudian menyala lagi lampu Fresnel
lantai kiri. Kemudian masuk actor cilik Adya memainkan bonang dipukulnya
berjalan membuat symbol segitiga. Setelah di Tengah lampu Fresnel mati perlahan
di sambung dengan lampu Fresnel atas sekali kedip menyala Ketika adya di Tengah
lalu langsung mati lagi lampunya. Di lanjutkan dengan lampu Fresnel kanan
penonton menyala hingga adya keluar.
BABAK 3 LIMINAL TEMPORAL
Lalu masuk adegan 3, chaos. Semua
lampu menyala hidup-menyala hidup cepat, Ketika adegan kesakitan menyala hidup
semua lampu tempo lambat. Hingga masuk music bonang lampu masih demikian, dan
selanjutnya hingga bunyi gedoran/pukulan pintu bunyi semua lampu mati. Semua
orang melihat kesakitannya kearah pintu tersebut. Masih dengan kondisi
kesakitan, sambil berdiri gedoran pintu masih bunyi mengumpul di Tengah dan
hingga di jatuhkan pintu tersebut. Kemudian semua rakyat memutar satu putaran
sambil mendorong bonang cabinet/rak obat bernyanyi; dengan hanya satu lampu
Fresnel atas-ending. Sementara Noval dan
Herdi membantu Sarban untuk naik ke atas ranjang UGD, dan Adit siap2 mengambil
GAS. Berdiam diri di belakang kain.
All Koor Rakyat
(Nyanyian Marhaban)
“ Mengapa harus kami terus,
Mengapa harus kami terus,
Yang kami inginkan hanya keadilan,
Yang benar untuk dikabarkan,
Mengapa harus menderitaaa, aa aa aaaa
Mengapa harus meronta-ronta, aa aa
aaaa
Padahal kami, hanya seorang rakyat
biasa
Padahal kami, hanya bertanya-tanya”
VERA : Bah, Abah, Abah
(dua rakyat mendorong ke Tengah
arena dan berhenti, ddan Vera membangunkan Sarban, sebagai Ayahnya yang
terbaring di atas ranjang rumah sakit, dengan panggilan yang cukup cemas dengan
kondisi ranjang yang di dorong oleh Perdi, Robby, IIk, dan Sofi, serta Inos
yang baru saja datang membawa cabinet lemari makanan yang berisi alat-alat
music/bonang).
(Vera
terus memanggil…tiada henti) -
VERA : Bah, Abah vera gimana ini Bah?
Vera bingung jika taka da Abah… Bah.. bangun Bah, bangun. Vera tak punya
siapa-siapa lagi kalo begini caranya Bah. Setelah Ibu tiada, Vera jadi sangat
rapuh, tapi, tapi vera mencoba menjadi manusia yang kuat untuk menahan semua
beban yang ada. Memperjuangkan keluarga di rumah.
VERA : Bah, Bah, b a n g u n Bah. Abah…
VERA : Bah, ABAH.
(Lalu, tiba-tiba Sarban bangun dari
mimpinya dan tersendat-(batuk-batuk)semua rakyat kaget.
SARBAN : Astagfirullohaladzim…
Apa yang terjadi pada
semua ini, seperti membingungkan. Menawarkan banyak keganjilan tapi di
genapkan. Ya, nyatanya jalan itu masih terlihat, ada jalan lain tapi banyak
orang yang tak mau melaluinya. Akh.. ternyata selama ini aku hanya memikirkan
soal-soal, bukan menjawabnya, apa, apa ini bukan tanggung jawab saya? Lalu..
lalu siapa???!
(GAS DI LEMPARKAN OLEH ADIT, SEMUA
RAKYAT PENASARAN DENGAN ITU. LALU SARBAN MENGANGKATNYA, DAN
SEMUA BILANG SAG, TERTAWA LEPAS DAN
TIDUR SEMUA, LAMPU BLACK OUT. TIDAK LAMA BANGUN LAGI, LALU
TERTAWA LAGI, DAN HANYA SATU
ANAK/SATU AKTOR YANG MENGUCAPKAN ‘SAG’. KEMUDIAN TERTAWA LEBIH KERAS
LAGI….. DAN BLACKOUT ENDING.)
ENDING- : lighting black out (Cetakk)
Disini memperlihatkan
pesan, tujuannya adalah untuk menjawab, dan mempertanyakan persoalan-persoalan
yang telah tertuang pada bagian Gambaran konsep di antaranya; rumah sakit
jauh/fasilitas Kesehatan minim, dll entah Sarban tersebut dalam kondisi sakit
atau memang hanya mimpi (kedua kondisi itu kita sebut liminal). Karena sosok
Sarban ini selalu memikirkan kehidupan yang begitu detail dan mendalam,
peristiwa yang berada di dalam keluarga maupun orang-orang sekitar atau warga
juga ia sangat perhatikan dengan baik, maka dari itu, wajar saja ketika semua
yang di pikirkannya masuk pada mimpi-mimpi yang sebenarnya belum menemukan
jawaban, karena semua jawaban terdapat pada suatu kebijakan yang holistic
berada dalam lilngkaran kebijakan.
Kemudian, karya liminal
membawakan sebuah Teater sebagai bahan kontemplatif atau renungan kepada
Masyarakat secara luas. Bukan hanya sekedar pelarian emosional yang di perankan
di atas pentas atau panggung. Apa yang menjadi renungan pada karya Liminal ini
meruBahan pikiran-pikiran Sarban, dan pikiran-pikiran semua Masyarakat Desa.
Melalui riset responden secara online/during, di dapatlah jawaban-jawaban atas
harapan-harapan dan keinginan yang mendasar serta masalah-masalah yang terdapat
di sebuah Desa. Liminal oleh Teater Nol Banten mengabarkan bentuk pertunjukan
yang di perankan oleh tokoh-tokoh realis berada di dalam kehidupan sehari-hari.
Tetapi terdapat tujuan atau capaian peristiwa liminal yang di alami oleh Sarban
adalah persoalan waktu yang boleh dikatakan sebagai subliminal.
Karena waktu memiliki
jawaban, karena waktu memiliki harapan, karena waktu sebagai mampu
mengungkapkan Bahasa yang mendalam yang mesti di baca secara Bersama.
Pembacaan-pembacaan tersebut kemudian diungkapan dengan sedikit atau banyak
pesan. Diantara aktivitas manusia-manusia itulah waktu-waktu liminal menjawab. Ditandai
oleh jalan menuju sebuah pintu sebagai simbol (murni) liminal yang berisi dari
hal yang sebelum dan sesudah kita lakukan dapat dipastikan melewati sebuh
pintu. Pintu juga sebagai ruang tunggu jawaban atas perolehan waktu. Membuka
atau menutup kesadaran pada diri manusia.
Selanjutnya, pintu-waktu tersebut menyusun
pesan dari spasi, sehingga jawaban-jawaban itu lahir secara alami. Membuka
seluruh kesadaran diri meruBahan hal yang sangat sulit dirasakan, kapan saya
sadar, kapan saya tidak sadar, dan bahkan aBahah saya sadar bahwa detik ini
saya sedang sadar atau disadarkan. Maka, dengan demikian waktu yang mengabarkan
sebuah pesan penting pada sisi-sisi kehidupan manusia. Ia masih selalu menjadi
misteri kepada siapapun, kapanpun, dimanapun, dan dalam kondisi apapun, ya
inilah hebatnya waktu.
Karya Liminal oleh
Teater Nol Banten ini di Sutradarai oleh Badrussalam, dramatugi Rony Mansyur,
dengan aktor utama yaitu Taufik Minawari, juga para pemain pendukung
diantaranya Adya Zafira Maharani, Zahra Wardah, Encep Abdul Al Aziji, Siti
Robiatul Adawiah, Sofiatul, Iik, Perdiansyah, Adit, Sujana, Herdi, Lutfi, dll. Jaelani. Lalu dibunyikan oleh Penata Musik
yaitu Rizky Sulfani dan Sandika, Artistik Bukhori dan Jaelani, Penata Cahaya Ozoezoe,
Dedi Sopian, Penata Rias dan Busana Zahra Wardah, dan ketahanan pangan Bunda
Reni serta teman-teman pendukung All Alumni Teater Nol Banten, Sekolah SMAN 1
Jawilan, SMKS Roudotussalam Cikande.
Dokumentasi ‘Teater
Nol Indonesia’ pada saat Latihan-2025




.jpeg)
.jpeg)

.jpeg)

.jpeg)







.jpeg)

.jpeg)
Comments
Post a Comment