JURNAL PEMBELAJARAN MENDALAM PPG 2025
Junal Pembelajaran Mendalam
dan Asesmen Umum
Rancangan Pendekatan
Culturally Responsive Teaching
A. Konsep Pembelajaran Culturary Responsive Teaching (CRT)
Pada pendekatan ini, guru perlu menggunakan keterampilan
kesadaran multikultural yang kritis. Kesadaran multikultural ini menjadi
sentral ketika guru harus berinteraksi dengan murid dari budaya lain. Kesadaran
multikultural dapat digunakan guru untuk menguji secara objektif terkait
nilai-nilai budaya, kepercayaan, dan persepsi mereka sendiri. Refleksi kritis
ini akan memberikan guru pemahaman, kepekaan, dan apresiasi yang lebih besar
terhadap sejarah, nilai-nilai, pengalaman, dan gaya hidup budaya lain. Kesadaran
multikultural juga dapat membantu guru memiliki keterampilan interpersonal yang
baik dan membantu guru untuk lebih efektif menantang stereotip dan prasangka
(Aceves & Orosco, 2014).
Dari salah satua pendapat di atas Pembelajaran Culturary
Responsive Teaching (CRT) adalah proses
belajar yang menyesuaikan kondisi murid dengan lingkungan sekitarnya. Misalnya,
di lingkungan salah satu murid terdapat banyak sekali limbah-limbah, salah
satunya limbah wadah telor. Dengan demikian, Guru mengarahkan untuk
memanfaatkan limbah tersebut untuk dijadikan bahan kerja kreativitas. Entah
membuat seni kriya terapan maupun hanya sekedar untuk hiasan atau (wall decor).
Ini adalah menjadi contoh yang realistis untuk murid. Satu sisi Guru
mengarahkan murid untuk melihat sekitar lingkungan, satu sisi murid merespon
apa yang menjadi arahan dari Guru.
Sementara itu, untuk mengimplementasikan pendekatan
pembelajaran yang responsif budaya (Culturally Responsive Teaching/CRT) secara
efektif, perlu dipahami tahapan pelaksanaannya. Langkah langkah pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan CRT menurut Gay (2000) adalah sebagai berikut akan
dijelaskan pada bagian B.
B. Culturary Responsive Teaching (CRT)
1.
Identitas diri murid: murid diajak
untuk mengenal identitas budayanya yang berkaitan dengan materi yang diajarkan;
2.
Pemahaman budaya: murid
mengkontruksikan pemahaman budaya dengan ilmu pengetahuan dengan materi yang
akan disampaikan;
3.
Kolaborasi: murid bekerja kelompok
untuk membahas konsep dan perspektif ilmu pengetahuan baru yang diperoleh dari
berbagai sumber;
4.
Berpikir kritis untuk refleksi:
murid membandingkan hasil diskusinya dengan teori yang ada dengan bimbingan
guru;
5.
Kontruksi transformatif: murid
menyajikan pemahaman mereka melalui proyek kesenian.
Dari ke lima langkah di atas, dapat kita simpulkan bahwa
pada dasarnya yang kaya adalah diri kita sendiri, memiliki banyak nilai-nilai
budaya yang memang mesti digali dengan sungguh-sungguh. Penggalian tersebut
tentunya harus berkolaborasi, berpikir kritis dan melaksanakan konsep produk
yang akan dirancang hingga tuntas.
C.
Menerapkan Pembelajaran Culturary Responsive Teaching (CRT)
Penerapan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ini
pada Mata pelajaran Senii Budaya merupakan
salah satu solusi untuk pembuat
keberagaman dalam pembelajaran
Seni Budaya (Seni Rupa Kriya). Seperti contoh yang sedikit di singgung pada
bagian konsep pembelajaran (CRT).
-
Membuat Wall Decor
(dari bahan yang berada di lingkungan budaya sekitar)
D.
Refleksi Pengalaman Bermakna
Dalam pengalaman mengajar saya refleksi bermakna pada pembelajaran CRT ini yaitu menempelkan hasil karya murid di sudut sekolah yang sering di lewati oleh semu warga sekolah. Dengan demikian, murid merasa karya mereka di hargai dengan baik, bahkan di pajang oleh Guru. Maka itu adalah sebagai pengalaman yang bermakna untuk murid karena merasa dihargai atas proses kerja secara kelompok.
E.
Dokumentasi Karya Pembelajaran
CRT.
Dokumentasi masing-masing.
F.
Dokumentasi Umpan Balik Siswa
Dokumentasi masing-masing.

Comments
Post a Comment